Jack of All Trades : Memuakkan

Hey, rek!

"Kalo udah besar, kamu mau jadi apa?", kira kira gitu kata guru SD di sekolah, atau kata ibu di rumah, ceritanya waktu aku masih kecil. Jika ditanya begitu, pasti kita semua bakal nyebutin cita cita atau mentahnya "Jadi siapa". Namun kalau diliat-liat, dalam pendidikan kita dituntut bisa melakukan semua hal, iya, semua hal. Yang mau jadi dokter diharap juga jago main basket, yang mau jadi atlit diharap dapet nilai bagus waktu ujian fisika, dan pada akhirnya yang bisa semuanya disuruh milih salah satu, pada akhirnya.Trus yang nggak bisa semuanya? Juga sama, tapi bedanya dapet nilai jelek di bidang tertentu. Dari hal-hal yang memuakkan ini terciptalah orang-orang yang disebut "Jack of All Trades", produk apasih. Gimana ya, intinya adalah orang-orang "multitalent" tapi bodohnya nggak hebat dalam apapun. Apa itu baik? Let's see...

Ketika kita kecil pasti ditanya tentang cita-cita, dan tentu, nggak ada ceritanya cita-cita "Jack of All Trades" atau ada anak kecil yang mau jadi begituan pada masa itu, gapenting sumpah. Tapi pada akhirnya kebanyakan jadi kayak gitu. Trus tadi pertanyaannya "Apa itu baik?", menurut saya tidak. Si Jack ini memang bisa ngapain aja, bisa masak, bisa olahraga, paham akademik yang sebegitu bejibun macamnya, intinya "multitalent". Tapi kita semua tau, bahwa semua orang punya peran dan tugas masing-masing dalam hidup ini, termasuk pengemis yang kita tidak harapkan akan menjadi seperti itu, sebenarnya tanpa dia maka dunia itu nggak lengkap. Kalo kita bisa ngapain aja, sebenarnya menyenangkan dan bisa mandiri, but... jika kalian tidak ahli dalam suatu hal, you're "sheet".

Percuma bisa masak, kalo yang terkenal adalah yang ahli memasak, percuma bisa fisika, kalo yang dipilih adalah yang ahli fisika, percuma bisa komputer, tapi yang dipilih adalah yang kompeten dan expert dalam komputer. Ahli dalam satu hal itu lebih cantik daripada "bisa segalanya", cerita dalam dunia profesi. Bahkan jadi ibu rumah tangga juga harus expert dalam hal tertentu, dan nggak butuh bisa ngitung energi potensial.

Lempar ke belakang, sebenernya ini adalah sebuah masalah buat orang orang yang mau ngelajutin ke perguruan tinggi. Mereka yang bisa segalanya, bakal bingung ketika suruh milih waktu kemana. "Mumpung bisa olahraga, mending kuliah olahraga aja, eh tapi aku juga seneng gambar, desain atau arsitektur kayaknya keren, lha trus aku pinter tentang sejarah buat apa? lebih baik didalami lah, eh kok bingung ya?" begitulah garis besar kata kata mereka. Memuakkan bukan?

Ya gimana ya, akan muncul pertanyaan "kenapa aku harus belajar ekonomi padahal aku mau jadi atlit?" atau "Buat apa sekolah nyuruh muridnya mempelajari semua hal, padahal gurunya dibedakan berdasar spesialisasi?" atau "Apa guna sih sekolah umum, buat kita belajar hal hal yang nggak perlu buat cita citaku". Dari semua pertanyaan itu muncul pelaku yaitu "sekolah". Apa sekolah salah? Atau lebih baik tidak usah sekolah? Entahlah...

Yang jelas dalam hal ini sebagai pribadi harus punya tujuan hidup kalian, atau istilah mainstreamnya "passion". Jikalau kalian sudah enjoy dalam satu hal, maka dalami hal itu hingga menjadi seorang master. Jikalau masih jadi Jack, segera sadar, carinya sebab-sebab kenapa kalian hidup. Jangan menyerah, mumpung belum terlambat.


Saatnya para Jack menjadi King atau Queen dalam keahlian masing-masing.

Komentar